Tuesday 15 September 2015

Tidak Punya Modal Sama Sekali Nyuwantoro Arfat Nekad Bergelut Bisnis Properti



Saat mendapat pesangon dari perusahaan, Nyuwantoro Arfat memutuskan untuk menginvestasikan dalam bentuk kerjasama agrobisnis. Apa bisa dikata, ternyata investasi yang dilakukannya untuk yang pertama kali tersebut, dengan semua uang pesangon yang diperolehnya dibawa kabur. Lulusan ITS-Teknik Elektro tahun 1990 ini pun, sempat berada dalam titik terendah dan disarankan orangtuanya untuk kembali ke kampung halaman.

“Karena apa yang saya miliki satu persatu habis untuk biaya hidup, dan rumah pun hampir saya jual tapi belum laku, orang tua sempat meminta saya untuk kembali ke kampung halaman. Di lain sisi saya juga bimbang, apakah akan mencari pekerjaan lagi atau membuat usaha sendiri. Akhirnya setelah menganggur selama dua tahun, pada tahun 2006 saya membuat sebuah perusahan yang bergerak di bidang telekomukasi,” ungkap pengusaha yang sebelumnya telah bekerja di perusahaan Jepang selama 13 tahun ini.

Booming industri telekomunikasi membuat usaha yang dirintis Nyuwantoro Arfat berkembang begitu pesat. Hampir di semua pulau di Indonesia, usaha yang dibangunnya memiliki kantor cabang. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, seiring berkurangnya permintaan pekerjaan pada perusahaannya. Satu persatu kantor cabang mulai ditutup.

“Mengharapkan pekerjaan dari orang lain tidak aman, apalagi saya sama sekali tidak bisa lobi, maka saya pun kemudian berpikir untuk membuat usaha yang tidak tergantung pihak lain. Tepatnya pada tahun 2008 saya terjun ke dunia properti, tanpa sedikitpun mengetahui seluk-beluk bisnis ini. Bisa dikatakan saya benar-benar memulai dari bawah, memulai bisnis sambil belajar,” paparnya.

Dengan bermodal pinjaman dari BPR Artha Mranggenjaya sebesar Rp 100 juta dan tanah seluas 1.800 m2, Nyuwantoro Arfat memulai membangun bisnis propertinya. Dalam waktu satu setengah tahun, pria yang juga jebolan “Entrepreneur University” ini mampu menyelesaikan proyek pertamanya dengan membangun 14 rumah.

“Saat Graha Fatro proyeknya hampir selesai, tepatnya pada tahun 2009, kami membuat proyek kedua, Fatro Residence. Lokasinya berada di belakang SMP 34 Semarang, dengan luas lahan 3.000 m2, kami membangun sebanyak 30 rumah,” tambah pengusaha yang juga mengajar di Entrepreneur University di Jateng, Bali dan Kalimantan, serta sibuk mengisi seminar di berbagai Perguruan Tinggi itu.

Sukses dengan dua proyek awalnya, tahun 2010 Nyuwantoro Arfat kemudian mengembangkan perumahan yang diberi nama “Lentera Prigi Permai” dengan prospek lahan seluas 30 hektar di daerah Mranggen, Demak. Berbeda dengan dua proyeknya yang membidik pasar menengah ke atas, untuk Lentera Prigi Permai ini, membidik pasar menengah ke bawah. “Sudah ada tiga lahan yang dikerjakan dan semua sudah laku terjual,” jelasnya.

Proyek keempat dan kelima yang diberi nama “Fatro Regency” serta “Lentera Sedayu Cluster” terus dikembangkan PT Fatro Vara Mandiri. Dengan kemampuan pemilihan lokasi, penentuan harga, dan menjaga kualitas bangunan, Nyuwantoro Arfat optimis bisnisnya akan terus berkembang, seiring dengan pertumbuhan penduduk. “Alhamdulillah dalam waktu 3 tahun ini kami telah mengembangkan 5 lokasi perumahan, meski awalnya dana dan SDM yang kami miliki terbatas”. Dia berpesan, bagi yang ingin memulai usaha properti, jangan pernah ragu untuk memulai, karena bisnis ini sangat mudah untuk dijalankan.

Sumber : Google

0 comments:

Post a Comment